Model Bisnis Berkelanjutan Akan Buka Pasar Baru

Mediaaspirasi - Komisi Pembangunan Bisnis dan Berkelanjutan (BSDC), bentukan Forum Ekonomi Dunia (WEF) sejak 2016--, mengeluarkan laporan, bahwa model bisnis berkelanjutan bakal membuka pasar baru sebesar 5 triliun dolar AS di Asia pada 2030.

"Transformasi ekonomi Asia yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir, belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini berkat intervensi pemerintah yang cerdas dan inovasi bisnis. Namun demikian, Abad Asia ini terancam oleh adanya ketimpangan, kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang terus berlanjut," kata Ketua BSDC, Mark Malloch-Brown, dalam rilis yang diterima di Jakarta, Senin (5/6).

Berdasarkan laporan BSDC bertajuk "Bisnis yang Lebih Baik, Asia yang Lebih Baik", para pemimpin usaha dan wirausahawan dapat membuka peluang pasar baru senilai 5 triliun dolar AS, dan menghasilkan 230 juta lapangan pekerjaan di Asia pada tahun 2030 melalui model bisnis yang berkelanjutan.

Laporan tersebut mengungkapkan, bahwa alih-alih menjadi kendala dalam pertumbuhan, perusahaan yang menerapkan model bisnis berkelanjutan bakal membuka peluang ekonomi di Asia pada tahun tersebut, --yang terdiri atas nilai ekonomi sektor energi/mineral 1,9 triliun dolar, sektor urban 1,5 triliun dolar, sektor pangan dan pertanian 1 triliun dolar, serta sektor kesehatan dan kesejahteraan 670 miliar dolar.

Dari nilai total untuk Asia tersebut, sekitar 2,3 triliun dolar di antaranya dapat ditemukan di Tiongkok, 1,1 triliun dolar di India, serta 1,1 triliun dolar di negara-negara yang dianggap sebagai kekuatan ekonomi baru seperti Indonesia, Uzbekistan dan Bangladesh, serta 0,7 triliun dolar di negara-negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan.

"Nilai estimasi sebesar 5 triliun dolar AS itu, masih konservatif. Nilai tambahan dapat terwujud dari sektor-sektor lain. Termasuk teknologi komunikasi informasi, pendidikan, dan barang-barang konsumsi. Secara global, sektor-sektor ini dapat menambah 66 persen ke nilai global yang sebesar 12 triliun dolar AS," ucapnya.

Sementara itu, Anggota Komisaris BSDC Sunny Verghese menyatakan, menyediakan pangan yang cukup bagi Asia telah menjadi prioritas yang mendesak sekarang.

"Dengan populasi sebesar 4,4 miliar dan saat ini terus bertumbuh, pertanian berkelanjutan dengan skala yang besar belum pernah sepenting seperti saat ini, terutama pada saat aktivitas pertanian terus menurun di Asia," kata Sunny Verghese.

Pemerintah Republik Indonesia juga telah lama menekankan aspek berkelanjutan, seperti Presiden Joko Widodo memastikan pembangunan infrastruktur pertanian mulai dari waduk, embung, hingga irigasi sekunder dan tersier akan berkelanjutan, untuk menjamin ketersediaan air yang memadai bagi pertanian.

"Pertanian itu kuncinya di air, kalau airnya enggak ada darimana kita mau menanam?" kata Presiden Jokowi, saat membuka Pekan Nasional Petani Nelayan ke-15/2017 di Stadion Harapan Bangsa, Gampong Lhong Raya, Banda Aceh, Provinsi Aceh, Sabtu (6/5).

Menurut Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden Bey Machmudin, Presiden Jokowi menyebutkan, sebanyak 49 waduk besar yang tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke tengah dibangun pemerintah.

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengeluarkan peraturan OJK mengenai pembiayaan berkelanjutan, guna mewujudkan program keuangan berkelanjutan bagi industri jasa keuangan di bawah pengawasan OJK.

"Kami usahakan tahun ini (terbit). Saya usahakan sebelum Juli. Intinya kami masih konsultasikan ke publik untuk masukan," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad di Jakarta, Selasa (23/5).

Muliaman mengatakan, hal yang akan diatur dalam POJK tersebut bersifat umum, --antara lain prinsip investasi bertanggung jawab, praktik bisnis berkelanjutan, pengelolaan risiko, tata kelola, keuangan inklusif, dan pengembangan sektor ekonomi berkelanjutan.

Related

EKONOMI BISNIS 7983186244609720352

Posting Komentar

emo-but-icon

item