Refleksi Bulan Ramadhan
https://jeumpanews.blogspot.com/2016/07/refleksi-bulan-ramadhan.html
Oleh: Muhammad
Arsyad*
Pengertian Puasa
(shiyaam) secara bahasa adalah menahan (imsaak). Shiyaam berasal dari
kata’shaama’ yang artinya ‘amsaka’ (menahan). Pengertian Puasa (shiyaam) secara
istilah adalah menahan dari sesuatu yang khusus (contohnya, menahan dari
makanan, minuman dan berhubungan badan) dan dilakukan dengan niat puasa. Jika
seorang menahan diri dari berbicara, maka dia dikatakan orang yang berpuasa
(sha’im). Karena, puasa secara bahasa adalah menahan diri.
Bagi seorang muslim,
Ramadhan dengan deretan amal shaleh, baik dalam tataran ibadah fardiyah yang
lebih terfokus pada aspek pembinaan kepribadian seperti sholat, puasa, tilawah
al-Qur’an, i’tikaf dll. Ataupun dalam tataran ibadah ijtimaiyah yang lebih
mengedepankan nilai sosial dalam bentuk kepedulian terhadap sesama seperti zakat,
shodaqah, memberi buka puasa dan hidangan sahur dll adalah merupakan
sarana-sarana mewujudkan ketakwaan yang hakiki dalam bulan yang mulia itu. Namun
ada juga orang yang perpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa sebagaimana kata
Rasulullah SAW, “Betapa banyak
orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali
rasa lapar dan dahaga.”
Sungguh sangat disayangkan apabila nilai-nilai
positif ini berakhir bersamaan dengan berakhirnya musim ketaatan ini. Adalah
hal yang aneh, jika seorang muslim yang begitu khusyu’ dan bergairah
melaksanakan amalan-amalan mulia di bulan Ramadhan, lantas setelah Ramadhan ia
kembali melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai ketakwaan yang
telah ia semai selama rentan waktu sebulan penuh. Apa yang patut kita banggakan
bila Ramadhan hanya diakhiri dengan euforia baju baru, penganan lebaran dan
tradisi mudik tahunan?. Hari Raya bukanlah ditandai dengan pakaian baru, tetapi
hakikat hari raya adalah siapa yang ketaatannya bertambah maju. Muslim yang
sadar akan makna Ramadhan adalah yang akan terus memelihara interaksinya dengan
Allah Ta’ala dengan mengaplikasikan nilai-nilai kebajikan meskipun ia telah
tamat dari Madrasah Ramadhaniyah. Ia sangat yakin bahwa esensi ketakwaan
seharusnya dapat tetap disemai dan ditumbuhsuburkan pada kurang lebih 330 hari
pasca Ramadhan. Ia adalah sosok yang tetap istiqomah berusaha untuk shaleh
terhadap dirinya dan kepada sesama, bahkan kepada makhluk yang lain, meskipun
tidak diiming-imingi dengan ganjaran pahala yang belipat ganda seperti dalam
Ramadhan.
Hikmah
Puasa
Setidaknya ada sepuluh hikmah yang
dapat kita ambil dari bulan Ramadhan: pertama; Melatih Disiplin Waktu, untuk
menghasilkan puasa yang tetap fit dan kuat di siang hari, maka tubuh memerlukan
istirahat yang cukup, hal ini membuat kita tidur lebih teratur demi lancarnya
puasa. Bangun untuk makan sahur dipagi hari juga melatih kebiasaan untuk bangun
lebih pagi untuk mendapatkan rejeki (makanan). Kedua; Keseimbangan
dalam Hidup, Pada hakikatnya kita adalah hamba Allah yang
diperintahkan untuk beribadah. Namun sayang hanya karena hal duniawi seperti
pekerjaan, hawa nafsu dan lain-lain kita sering melupakan kewajiban kita. Pada
bulan puasa ini kita terlatih untuk kembali mengingat dan melaksanakan seluruh
kewajiban tersebut dengan imbalan pahala yang dilipatgandakan. Ketiga,
Mempererat Silaturahmi, Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan
tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan
puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu
Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.
Keempat; Lebih Perduli Pada Sesama, Dalam Islam ada
persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan,
Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid,
memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi
keagamaan yang dilaksanakan di Masjid. Kelima, Tahu Bahwa Ibadah Memiliki
Tujuan — Tujuan puasa adalah melatih diri kita agar dapat menghindari
dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka
puasa berhasil. Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa.
Jadi kita terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal
ibadah. Keenam, Tiap Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah, Setiap
langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada
manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah,
sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan
ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai
ibadah. Ketujuh, Berhati-hati Dalam Berbuat, Puasa Ramadhan
akan sempurna dan tidak sia-sia apabila selain menahan lapar dan haus juga kita
menghindari keharaman mata, telinga, perkataan dan perbuatan. atihan ini
menimbulkan kemajuan positif bagi kita jika diluar bulan Ramadhan kita juga
dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing,
berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain
sebagainya. Kedelapan, Berlatih Lebih Tabah, Dalam Puasa di
bulan Ramadhan kita dibiasakan menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya
marah-marah, berburuk sangka, dan dianjurkan sifat Sabar atas segala perbuatan
orang lain kepada kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita, atau
mungkin meruncing pada Fitnah, tetapi kita tetap Sabar karena kita dalam
keadaan Puasa. Kesembilan, Melatih Hidup Sederhana, Ketika waktu
berbuka puasa tiba, saat minum dan makan sedikit saja kita telah merasakan
nikmatnya makanan yang sedikit tersebut, pikiran kita untuk makan banyak dan
bermacam-macam sebetulnya hanya hawa nafsu saja. Kesepuluh, Melatih
Untuk Bersyukur, Dengan memakan hanya ada saat berbuka, kita menjadi
lebih mensykuri nikmat yang kita miliki saat tidak berpuasa. Sehingga kita
dapat menjadi pribadi yang lebih mensyukuri nikmat Allah SWT. Semoga kita
termasuk orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Minal aidzin
walfaidzin, mohon maaf lahir dan bathin. Selama Hari Raya Idul Fitri 1437 H.
*Penulis
merupakan ketua umum Forum Gerakan Pemuda Peduli Aceh (Forgeppa) yang aktif
dalam merespon isu-isu Aceh. Arsyad kini sedang menyelesaikan Program Pasca
Sarjana di kampus ICAS-Paramadina Jakarta, konsentrasi di bidang Filsafat
Islam.
Hp:
081389098685
Imel:
arsyad_meulaboh@yahoo.com