Refleksi Hari Raya Idul Fitri
https://jeumpanews.blogspot.com/2016/07/refleksi-hari-raya-idul-fitri.html
*Oleh: Muhammad Arsyad
Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah kini telah
tiba, seluruh umat Islam dari segala arah dan penjuru dunia dari sabang sampai
merauke tak henti-hentinya mengumandangkan alunan suara takbir, tasbih, tahmid
dan tahlil. Bahkan sebagaian masyarakat kita, pada malam hari raya Idul Fitri
dilakukan takbir keliling yang sudah menjadi budaya. Hal ini sesungguhnya
merupakan manifestasi kebahagiaan setelah berhasil memenangi ibadah puasa, atau
sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang
kita peroleh setelah menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh.
Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai
pengakuan atas kebesaran dan keagungan Allah SWT. Kalimat tasbih kita tujukan
untuk mensucikan Allah dan segenap yang berhubungan dengan-Nya. Tidak lupa
kalimat tahmid sebagai puji syukur juga kita tujukan untuk Rahman dan Rahim-Nya
yang tidak pernah pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara tahlil kita
lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dia lah Dzat yang maha Esa dan
maha kuasa.
Ketika
mendengar kata Idul Fitri, tentu dalam benak setiap orang yang ada adalah
kebahagiaan dan kemenangan. Dimana pada hari itu, semua manusia merasa gembira
dan senang karena telah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh. Dalam Idul
Fitri juga ditandai dengan adanya "mudik (pulang kampung)" yang
notabene hanya ada di Indonesia. Selain itu, hari raya Idul Fitri juga kerap
ditandai dengan hampir 90% mereka memakai sesuatu yang baru, mulai dari pakaian
baru, sepatu baru, sepeda baru, mobil baru, atau bahkan istri baru (bagi yang
baru menikah). Maklum saja karena perputaran uang terbesar ada pada saat
Lebaran.
Makna Hari Raya Idul Fitri
Kalau
sudah demikian, bagaimana sebenarnya makna dari Idul Fitri itu sendiri. Apakah
Idul Fitri cukup ditandai dengan sesuatu yang baru, atau dengan mudik untuk
bersilaturrahim kepada sanak saudara dan kerabat?.
Idul
Fitri (kembali ke fitrah), ya suatu hari raya yang dirayakan setelah umat Islam
melaksanakan ibadah puasa Ramadhan satu bulan penuh. Dinamakan Idul Fitri
karena manusia pada hari itu laksana seorang bayi yang baru keluar dari dalam
kandungan yang tidak mempunyai dosa dan salah.
Idul Fitri juga diartikan dengan kembali ke fitrah (awal kejadian). Dalam arti mulai hari itu dan seterusnya, diharapkan kita semua kembali pada fitrah. Di mana pada awal kejadian, semua manusia dalam keadaan mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan. Dalam istilah sekarang ini dikenal dengan "Perjanjian Primordial" sebuah perjanjian antara manusia dengan Allah yang berisi pengakuan ke Tuhan an, sebagaimana yang terekam dalam surah al-A'raf (7)
Idul Fitri juga diartikan dengan kembali ke fitrah (awal kejadian). Dalam arti mulai hari itu dan seterusnya, diharapkan kita semua kembali pada fitrah. Di mana pada awal kejadian, semua manusia dalam keadaan mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan. Dalam istilah sekarang ini dikenal dengan "Perjanjian Primordial" sebuah perjanjian antara manusia dengan Allah yang berisi pengakuan ke Tuhan an, sebagaimana yang terekam dalam surah al-A'raf (7)
Hari raya Idul Fitri adalah merupakan puncak dari
pelaksanaan ibadah puasa. Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan
tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang
bertaqwa.
Dengan demikian, makna Idul Fitri berdasarkan
uraian di atas adalah hari raya dimana umat Islam untuk kembali berbuka atau
makan. Oleh karena itulah salah satu sunah sebelum melaksanakan shalat Idul
Fitria dalah makan atau minum walaupun sedikit. Hal ini untuk menunjukkan bahwa
hari raya Idul Fitri 1 syawal itu waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa.
Jadi yang dimaksud dengan Idul Fitri dalam konteks ini berarti kembali kepada asal kejadiannya yang suci dan mengikuti petunjuk Islam yang benar. Bagi ummat Islam yang telah lulus melaksanakan Ibadah puasa di Bulan Ramadhan akan diampuni dosanya sehingga menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan Ibunya. Sebagaimana Sabda Nabi SAW yang Artinya“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci.”Oleh sebab itu ke mana pun manusia menuju, pasti akan kembali kepada Allah.
Jadi yang dimaksud dengan Idul Fitri dalam konteks ini berarti kembali kepada asal kejadiannya yang suci dan mengikuti petunjuk Islam yang benar. Bagi ummat Islam yang telah lulus melaksanakan Ibadah puasa di Bulan Ramadhan akan diampuni dosanya sehingga menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan Ibunya. Sebagaimana Sabda Nabi SAW yang Artinya“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci.”Oleh sebab itu ke mana pun manusia menuju, pasti akan kembali kepada Allah.
Pemaknaan hari raya Idul Fitri hendaknya bersifat
positif seperti menjalin silaturrahmi sebagai sarana membebaskan diri dari dosa
yang bertautan antar sesama makhluk. Silaturahmi tidak hanya berbentuk
pertemuan formal seperti Halal bi Halal, namun juga bisa dengan cara
menyambangi dari rumah ke rumah, saling duduk bercengkerama, saling mengenalkan
dan mengikat kerabat. Apalagi sekarang permohonan maaf dan silaturahmi sudah
tidak mengenal batas dan waktu sebab bisa menggunakan jejaring media sosial
seperti contoh lewat sms, up date status, inbox di facebook, twiter, yahoo
mesenger, skype dan email.
Begitulah pentingnya silaturahmi sebagaimana
Sabda Rasulullah SAW yang artinya “Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu
berjabat tangan melainkan keduanya akan diampuni (dosanya) sebelum mereka
berpisah. (HR.Daud,Tirmidzi&Ibnu Majah) . “
Kini kita dengan rasa suka
cita dan senang karena kita menyambut hari kemenagan disamping itu kita juga
bercampur sedih, dan dengan linangan air mata bahagia kita di tinggalkan bulan
Ramadhan yang penuh berkah, maghfiroh dan Rahmat Allah SWT. Banyak pelajaran
dan hikmah, faidah dan fadhilah yang kita dapatkan. Kini bulan Ramadhan telah
berlalu, tapi satu hal yang tidak boleh meninggalkan kita dan harus tetap
bersama kita yaitu spirit dan akhlakiyah puasa Ramadhan, sehingga 1 Syawal
harus menjadi Imtidad lanjutan Ramadhan dengan ibadah serta kesalehan sosial. Sebab
Kata Syawal itu sendiri artinya peningkatan. Inilah yang harus mengisi sebelas
bulan ke depan dalam perjalanan hidup kita.
Seorang muslim yang kembali kepada fitrahnya ia
akan memiliki sikap yaitu pertama, ia tetap istiqomah memegang agama
tauhid yaitu islam, ia tetap akan berkeyakinan bahwa Allah itu maha Esa dan
hanya kepadanya kita memohon. Kedua, dalam kehidupan sehari-hari ia
akan selalu berbuat dan berkata yang benar,walau kaana murron meskipun
perkataan itu pahit. Ketiga, ia tetap berlaku sebagai abid, yaitu
hamba Allah yang selalu taat dan patuh kepada perintah-Nya sebagai contoh kita
harus menghormati kedua orang tua kita baik orang tua kandung maupun mertua,
jikalau sudah meninggal berziarahlah ketempat makam mereka untuk mendoaakan
agar dilapangkan kuburannya dan diampuni dosanya.
Mudah-mudahan berkat ibadah selama bulan Ramadhan
yang dilengkapi dengan menunaikan Zakat fitrah, Insya Allah kita termasuk
orang-orang yang kembali kepada fitrahnya, karena ibadah puasa Ramadhan
berfungsi sebagai tazkiyatun nafsi yaitu mensucikan jiwa dan Zakat fitrah
berfungsi sebagai tazkiyatul badan, yaitu mensucikan badan, maka setelah
selesai ibadah puasa dan menunaikan zakat,seorang muslim akan kembali kepada
fitrahnya yaitu suci jiwanya dan suci badanya.
Seorang muslim yang kembali kepada fitrahnya
selain sebagai abid (hamba Allah) yang bertakwa, ia juga akan memiliki kepekaan
sosial yang tinggi peduli kepada lingkungannya. Itulah beberapa indikator dari
gambaran seorang yang kembali kepada fitrahnya setelah selesai menunaikan
ibadah shaum Ramadhan sebulan lamanya, dan itu akan tampak pada dirinya setelah
selesai puasa ramadhan,mulai hari ini dan seterusnya.
Namun bila ketiga ciri fitrah tersebut tidak
tampak pada diri seorang muslim mulai hari ini dan hari-hari berikutnya, maka
berarti latihan dan pendidikan puasa Ramadhan yang telah dilakukannya selama
sebulan tidak berhasil, karena ia tidak mampu kembali kepada fitrahnya. Semoga
dengan kembalinya semua warga masyarakat muslim di negeri ini kepada Fitrahnya,
cita-cita Negara kita menjadi Negara yang Adil dan Makmur, Gemah Ripah Loh
Jinawi, Gemah merenah tur tuma’ninah dibawah ridha Allah SWT atau dengan
istilah agama Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghoffur.
Dalam kesempatan berlebaran di hari raya yang
suci ini, mari kita satukan niat tulus ikhlas dalam sanubari kita, kita
hilangkan rasa benci, rasa dengki, rasa iri hati, rasa dendam, rasa sombong dan
rasa bangga dengan apa yang kita miliki hari ini. Mari kita ganti semua itu
dengan rasa kasih sayang dan rasa persaudaraan. Dengan hati terbuka, wajah yang
berseri-seri serta senyum yang manis kita ulurkan tangan kita untuk saling
bermaaf-maafan. Kita buka lembaran baru yang masih putih, dan kita tutup
halaman yang lama yang mungkin banyak terdapat kotoran&noda seraya
mengucapkan Minal Aidin Walfaizin Mohon Ma’af Lahir dan Batin.
*Penulis
merupakan ketua umum Forum Gerakan Pemuda Peduli Aceh (Forgeppa) yang aktif
dalam merespon isu-isu Aceh. Arsyad kini sedang menyelesaikan Program Pasca
Sarjana di kampus ICAS-Paramadina Jakarta, konsentrasi di bidang Filsafat
Islam.
Hp:
081389098685
Imel:
arsyad_meulaboh@yahoo.com